Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Selasa, Juni 12, 2012

Peringatan Isra’ Mi’raj




Peringatan Isra’ Mi’raj
Bulan Rajab, bulan yang dihormati manusia. Bulan ini termasuk bulan
haram
(Asyhurul  Hurum). Banyak cara manusia menghormati bulan ini, ada yang menyembelih hewan,ada yang melakukan sholat khusus Rajab dan lain-lainnya.Di bulan ini juga, sebagian kaum muslimin memperingati satu peristiwa yang sangat luar  biasa, peristiwa perjalanan Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam
dari Makkah keBaitul Maqdis, kemudian ke
 sidratul muntaha
menghadap Pencipta alam semesta danPemeliharanya. Itulah peristiwa Isra’ dan Mi’raj.Peristiwa ini tidak akan dilupakan kaum muslimin, karena perintah sholat lima waktusehari semalam diberikan oleh Allah pada saat Isra’ dan Mi’raj. Tiang agama ini tidak akan lepas dari peristiwa Isra’ dan Mi’raj Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam
.Akan tetapi, haruskah peristiwa itu diperingati? Apakah peringatan Isra’ mi’raj yangdilakukan kaum ini merupakan hal yang baik ataukah satu hal yang merusak agama?Simaklah pembahasan kali ini, mudah-mudahan Allah memberikan kemudahan kepadakita untuk memahaminya dan menerima kebenaran.
Kapan Isra’ dan Mi’raj terjadi?
Ketika mendengar sebuah peristiwa besar, mestinya ada satu pertanyaan yang akansegera timbul dalam hati si pendengar yaitu masalah waktu terjadi. Begitu pula kaitannyadengannya peristiwa Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhammad
Shallallahu’alaihi Wasallam
.Kapan sebenarnya Isra’ dan Mi’raj terjadi, benarkah pada tanggal 27 Rajab atautidak? Untuk bisa memberikan jawaban yang benar, kita perlu melihat pendapat paraulama seputar masalah ini. Berikut kami nukilkan beberapa pendapat para ulama:
Pertama:
Al Hafidz Ibnu Hajar Al Asqaalaniy
 Rahimahullah


berkata: “Para ulama berselisih tentang waktu Mi’raj. Ada yang mengatakan sebelum kenabian. Ini pendapatyang aneh, kecuali kalau dianggap terjadinya dalam mimpi. Kebanyakan para ulama berpendapat bahwa peristiwa itu terjadi setelah kenabian. Para ulama yang mengatakan peristiwa Isra’ dan Mi’raj terjadi setelah kenabian juga berselisih, diantara mereka adayang mengatakan setahun sebelum hijrah. Ini pendapat Ibnu Sa’ad dan yang lainnya dandirajihkan (dikuatkan) oleh Imam An Nawawiy dan Ibnu Hazm, bahkan Ibnu Hazm berlebihan dengan mengatakan ijma’ (menjadi kesepakatan para ulama’) dan itu terjadi pada bulan Rabiul Awal. Klaim ijma’ ini tertolak, karena seputar hal itu ada perselisihanyang banyak lebih dari sepuluh pendapat.”

Kemudian beliau menyebutkan pendapat para ulama tersebut satu persatu.
Pendapat pertama mengatakan: “setahun sebelum hijroh, tepatnya bulan Rabi’ulAwal”. Ini pendapat Ibnu Sa’ad dan yang lainnya dan dirajihkan An Nawawiy
Description: http://htmlimg3.scribdassets.com/1dteiysef4mj58t/images/1-34fa8b2c22.jpgDescription: http://htmlimg3.scribdassets.com/1dteiysef4mj58t/images/1-34fa8b2c22.jpg

Kedua mengatakan: “delapan bulan sebelum hijroh, tepatnya bulan Rajab”. Iniisyarat perkataan Ibnu Hazm, ketika berkata: “Terjadi di bulan rajab tahun 12kenabian”.
Ketiga mengatakan: “enam bulan sebelum hijroh, tepatnya bulan Romadhon”. Inidisampaikan oleh Abu Ar Rabie’ bin Saalim.
Keempat mengatakan: “sebelas bulan sebelum hijroh tepatnya di bulan RobiulAkhir”. Ini pendapat Ibrohim bin Ishaq Al Harbiy, ketika berkata: “Terjadi pada bulan Rabiul Akhir, setahun sebelum hijroh”. Pendapat ini dirojihkan IbnulMunayyir dalam syarah As Siirah karya Ibnu Abdil Barr.
Kelima mengatakan: “setahun dua bulan sebelum hijroh”. Pendapat inidisampaikan Ibnu Abdilbar.
Keenam mengatakan: “setahun tiga bulan sebelum hijroh”. Pendapat inidisampaikan oleh Ibnu Faaris.
Ketujuh mengatakan: “setahun lima bulan sebelum hijroh”. Ini pendapat AsSuddiy.
Kedelapan mengatakan: “delapan belas bulan sebelum hijroh, tepatnya dibulanRamadhan”. Pendapat ini disampaikan Ibnu Sa’ad, Ibnu Abi Subrah dan IbnuAbdilbar.
Kesembilan mengatakan: ” Bulan Rajab tiga tahun sebelum hijroh”. Pendapat inidisampaikan Ibnul Atsir Kesepuluh mengatakan: “lima tahun sebelum hijroh”. Ini pendapat imam AzZuhriy dan dirojihkan Al Qadhi ‘Iyaadh.

Oleh karena banyaknya perbedaan pendapat dalam masalah ini, maka benarlah apa yangdikatakan Ibnu Taimiyah
 Rahimahullah
, bahwa tidak ada dalil kuat yang menunjukkan bulannya dan tanggalnya. Bahkan pemberitaannya terputus serta massih diperselisihkan,tidak ada yang dapat memastikannya.
Bahkan Imam Abu Syaamah mengatakan, “Dan para ahli dongeng menyebutkan Isra’dan Mi’raj terjadi di bulan Rajab. Menurut ahli ta’dil dan jarh (Ulama Hadits) itu adalahkedustaan”.

Hukum Memperingati Perayaan Isra` Mi’raj



Hukum Memperingati Perayaan Isra` Mi’raj


Isra’ dan mi’raj



















Penulis: Al-Ustadz Saifudin Zuhri, Lc

merupakan tanda kekuasaan Allah yang menunjukkan atas kebenaran kerasulan Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, dan keagungan kedudukannya di sisi Tuhannya, selain juga membuktikan atas kehebatan Allah dan kebesaran kekuasaan-Nya atas semua makhluk. Firman Allah subhaanahu wa ta’ala :

 subhaana alladzii asraa bi’abdihi laylan mina almasjidi alharaami ilaa almasjidi al-aqshaa alladzii baaraknaa hawlahu linuriyahu min aayaatinaa innahu huwa alssamii’u albashiiru
“MahaSuci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah kami berkahi sekelilingnya, agar kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda tanda (kebesaran) kami, sesungguhnya Dia adalah MahaMendengar lagi Maha Melihat”  (QS. Al Isra’: 1).
*****************

KHUTBAH PERTAMA

إِنَّ الْحَمْدَ لِلهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا     عَظِيمًا أَمَّا بَعْدُ: فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ   وَشَرَّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ
.أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Alhamdulillah, segala puji kita panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang memiliki nama-nama yang husna dan sifat yang sempurna. Dialah satu-satunya yang mengatur alam semesta dan memberikan rezeki kepada seluruh makhluk-Nya. Tidak ada sekutu bagi-Nya dan tidak ada sesuatupun yang serupa dengan-Nya. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada sayyidul awwaliin wal akhiriin, Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarganya, para sahabatnya, dan seluruh kaum muslimin yang berjalan di atas sunnahnya.
Jamaah jum’ah yang semoga dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala,
Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan bersungguh-sungguh dalam menjalankan agama kita. Yaitu, dimulai dengan bersemangat dalam mempelajarinya sehingga kita bisa menjalankannya di atas ilmu. Tentu saja dalam mempelajarinya harus dengan bimbingan para ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah. Yaitu para ulama yang berjalan di atas jalan generasi terbaik di umat ini, para sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena merekalah generasi yang menyaksikan secara langsung bagaimana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjalankan agama ini. Sehingga memahami agama Islam dengan pemahaman mereka adalah satu-satunya jalan yang diridhai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Adapun jalan-jalan lainnya yang menyelisihi pemahaman para sahabat dalam memahami agama Islam adalah pemahaman yang menyimpang.
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memerintahkan kepada Rasul-Nya untuk menyampaikan kepada umatnya bahwa jalan yang diridhai-Nya hanya satu sebagaimana dalam firman-Nya:
وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلاَ تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Dan sesungguhnya (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus. Maka ikutilah jalan itu dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan (yang lain) sehingga kalian akan berpecah-belah dari jalan-Nya (yang lurus), itulah yang diperintahkan Allah kepada kalian agar kalian menjadi orang-orang yang bertakwa.” (Al-An’am: 153)
Hadirin rahimakumullah,
Oleh karena itu wajib bagi kaum muslimin untuk mengikuti bimbingan para ulama yang mengikuti jejak para sahabat dalam memahami agama ini. Para ulama adalah orang-orang yang telah dijadikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai penjaga agama ini. Mereka menyibukkan diri untuk menyampaikan kepada kaum muslimin ajaran Islam yang dibawa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam serta mengingatkan dari ajaran-ajaran yang menyimpang dari jalannya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh karena itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memerintahkan kepada orang yang tidak tahu tentang masalah agama untuk bertanya kepada para ulama.
Sebagaimana dalam firman-Nya:
فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“Maka bertanyalah kalian kepada ulama jika kalian tidak mengetahui.” (An-Nahl: 43)
Hadirin jamaah jum’ah rahimakumullah,
Usaha para ulama dalam menjelaskan ajaran-ajaran yang menyimpang merupakan amalan yang patut disyukuri oleh seluruh kaum muslimin. Karena mengada-adakan amalan ibadah yang tidak disyariatkan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah salah satu faktor terbesar yang menyebabkan datangnya musibah serta cobaan yang menimpa kaum muslimin. Di samping itu, agama ini adalah agama yang sempurna. Sehingga orang yang mengada-adakan ajaran baru yang tidak disyariatkan secara tidak langsung dia menganggap agama belum sempurna. Bahkan Al-Imam Malik rahimahullahu, salah seorang imam Ahlus Sunnah wal Jamaah mengatakan:
مَنِ ابْتَدَعَ فِي الْإِسْلاَمِ بِدْعَةً يَرَاهَا حَسَنَةً فَقَدْ زَعَمَ أَنَّ مُحَمَّدًا خَانَ الرِّسَالَةَ لِأَنَّ اللهَ يَقُوْلُ: { ﭻ ﭼ ﭽ ﭾ } فَمَا لَمْ يَكُنْ يَوْمَئِذٍ دِيْنًا فَلاَ يَكُوْنُ الْيَوْمَ دِيْنًا
“Barangsiapa memunculkan bid’ah dan dia memandang bahwa perbuatan tersebut adalah perbuatan yang baik, sungguh dia telah menyangka bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah berkhianat dalam menyampaikan ajaran Islam. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman (yang artinya): ‘Pada hari ini telah Aku sempurnakan bagi kalian agama kalian.’ Sehingga apa saja yang pada hari itu (di masa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam) bukan termasuk ajaran Islam maka pada hari ini (juga) bukan termasuk ajaran Islam.” (Lihat kitab Al-I’tisham karya Asy-Syathibi)
Jamaah jum’ah rahimakumullah,
Di antara perbuatan bid’ah yang telah diperingatkan oleh para ulama untuk ditinggalkan adalah mengkhususkan amalan-amalan ibadah tertentu pada bulan Rajab. Seperti mengkhususkan hari ke-27 pada bulan tersebut untuk berpuasa dan shalat pada malam harinya, serta shalat yang diistilahkan dengan shalat ar-ragha`ib, yaitu shalat yang dilakukan pada malam Jumat pertama di bulan Rajab yang sebelumnya didahului dengan puasa hari Kamis. Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu mengatakan ketika beliau ditanya tentang shalat tersebut: “Amalan tersebut adalah bid’ah yang sangat jelek, yang merupakan kemungkaran yang sangat besar dan mengandung banyak kesalahan, maka harus ditinggalkan dan berpaling darinya serta mengingkari orang yang menjalankannya.” Begitu pula Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullahu, beliau mengatakan: “Adapun shalat yang (disebut) ar-ragha`ib maka (amalan tersebut) tidak ada landasannya dan (amalan tersebut) hanya diada-adakan….”
Hadirin rahimakumullah,
Amalan bid’ah lainnya yang banyak dilakukan oleh sebagian kaum muslimin pada bulan Rajab adalah perayaan Al-Isra` wal Mi’raj. Asy-Syaikh Abdul ‘Aziz bin Abdullah bin Baz rahimahullahu, dalam salah satu risalahnya menyebutkan:
“…Dan malam yang peristiwa Al-Isra` wal Mi’raj tersebut terjadi, tidak tersebut dalam hadits-hadits yang shahih tentang kapan waktu terjadinya. Tidak pula (disebutkan kepastian waktunya) di bulan Rajab atauelia� Zuhah anlah i wa sall يunianya satud-Nya">7 Tَ� rahanlah i diutusn: 1).
*****************
< sallapang d�ونَ
“Dan sesunaditional au-tas-sau-taskuan yang baik, s bagaimana Rasulullah Keْن�serthwa Nabi Muham dan Ram } �rena
و Rasul-Nya untuk menyampa salah seor�َلَ17;abdihi laylan mina�an waktu terjapegدِي� ا� } فَلْحَدِni. Para u mengataاَلَةٍ �وا اللَّهَ حَقَ�a-Nya pada suatu malam dari Masjiَ إِلاَ. Nang p�وا ا kita. �َaالkال“Makngan astronomg/" rn kedulikhu, sal. Sehingga memahami atelah dijadikan oleh >
“Dan sesungadalah alahu ‘a ulama yan generasi yang sempاللَّهَ حَقَ�a-Nya pada suatu malam dari Masjiَ إِلاَ. Sed�لkا

<. رُُوا اwa salaah jum� yang imakumullah,rtu bany.visualile="font-m>“kalane�ا ات�nleflu hadits-haي مsnta kan-di-dn-di-ang-yang-berwarna-putih-panjatidak terskterjadinya-yanwaor-bsau-tas-sau-taskua bagaimana Ras. Jaorder="0"ngana mtipugama ini�ا ات�nl waktu te yannahungirkngandhrierjapegدِي� ا�lis: Alihi wang-yang-berwarna-putih-panja Jaorder="0"ngana mtipug� } ف�ng uar-daripada-keghtu -htu ًاkmsappr> ena itu, n rahin rahangarدِhutbةٍ �sdakan amalaam memperِيَ لَهُ أَشْهَد.a pada suatu malam dari Masji�َكُم0;Dan mam/2011/06/rong><�salahe="c�yang merg">makna isra m� yang ah �annytas semua ma�ya ya Firmanm� yang ah n berpm/2011/06/3I’tis� yangah,kisahg>“Adapurahimahullahu, darong> <� Ranyatidak te“Ssra ayat 1" ni�ا ‘ dan Ramusugikuti bi�ْ aihi wa Subhaan biaamusugi(bi�ْ ),� يَكssra ayat 1" ni�ا-ni�ا ‘an akaulai /p> gos.com/ 1" nng y.visualil�َ17;abpkeghuni om/tkaripada-kelan -elan �لْ�F�د�r: 6)> merupakpa dengaihuejakhuejaa�ُ أَنْ لاَ إِلَهnl waktu te yamakumulla wa sallam, da, satud-Nya"> lahsatu bukti bahwa Allahah berfirman (yang artinya): ‘Pada hari ini telah Aku sempurnakan bagi kalian agama kalian.’ Sehingga apa saja yang pada har Mi’r06/30/degitu n Al-Isritu ah satu ris�6/3I�alam Jumat paikhul Islaanyak dTaimiyyah rahimahuanyak dbi-muhammad-saw/"rsebut) iz bin Abdullah bin Baz rahimahullahu, dalam purahi�eringatkaharus ditsalah sa�suk a�a Rasulull06/30/degitu n termasukumullah�
tas se�darong>himakum"rsebut) mi'raj�ak dTaim) ha��press.co�ak dTaim) ris�6� dTaim) rAdapu��akukan pa�com/tag/justifyllahu, d�ِ�maah jum’�b-yan�<�sKami�bid’ahh jum�malan i�makum�p>Di antaada.Rasulull06/30/degitu n �gat/a>, Had, 1/183tan-i-adalahّبِعُوه�n/Kotad Smg.vi.or.idaonories.php?id=1352مْ تَتَّق� ُوه�n/Koasyشْهhtent="�int.php?id_onada =711tan-is fa681783jpty="o-flair"ess.com/ohaon-tddy sofil-kam-7-rajab-soflike-7-rajab-sofsrah km-7-rajab Sepress.com/pttp:ts-no6ee88d0-sof�ْن-sofsoci*�Dsofsoci*�="tex-sofsrah km Seh3ess.com/odsignup/;B�ّ�aي مbaraاَل�-tkhh3Sepress.com/pods6ee88d0_m

Kisah Batu Terbang


Antara Batu Terbang, Masjid al Aqsha dan Kubah Emas di Yerusalem
Tulisan ini merupakan tambahan informasi dan penjelasan dari artikel tentang gambar “Batu Terbang” di Palestina. Karena cerita yang menyertai gambar batu terbang tersebut seringkali menyinggung tentang peristiwa Mi’raj Nabi Muhammad, maka perlu juga dijelaskan tentang keberadaan batu yang disebutkan sebagai tempat di mana Nabi memulai perjalanan ke langitnya. Selain itu, tidak jarang terjadi kesalahpahaman, di mana orang mengira Masjid Kubah Emas sama dengan Masjid Al Aqsha. Melalui tulisan di bawah, akan dijelaskan perbedaannya.

Batu Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad dan Masjid Kubah Emas


Ada tradisi dan kepercayaan di kalangan kaum muslimin tentang batu yang menjadi titik tolak Nabi Muhammad melakukan Mi’raj ke langit. Batu ini berada di Yerusalem, Palestina. Batu ini benar-benar ada. Ia berada di wilayah yang sekarang disebut sebagai:Mount Temple atau Gunung Kuil oleh orang Yahudi. Disebut demikian karena mereka mempercayai bahwa Kuil Nabi Sulaiman pernah dibangun di wilayah tersebut. Bahkan sebagian mempercayai kuil tersebut dibangun di atas batu yang sama. Kaum muslimin menyebut wilayah tersebut sebagai Haram al Quds al Syarif atau Kawasan Suci dan Mulia.
Sketsa Masjid Kubah Emas di Yerusalem, Palestina.Sejak lama batu tersebut telah memperoleh penghormatan dari kaum muslimin. Bahkan konon ceritanya, Khalifah Umar bin Khathab juga mengunjungi batu ini setelah ia menundukkan Yerusalem. Ketika Khalifah Abdul Malik bin Marwan berkuasa, ia memerintahkan pembangunanQubah ash Shakhra (Kubah Batu) di tahun 685 M yang melindungi batu tersebut dan para pengunjungnya dari terik dan dingin. Sebagian sejarawan juga menyatakan bahwa pembangunan Kubah ini untuk menyaingi kemegahan bangunan-bangunan keagamaan lain di wilayah Yerusalem, seperti Gereja Holy Sepulchre, dan mencegah agar kaum muslimin tidak terpesona dengan kemegahan agama lain. Uang sebanyak 10,000 dinar emas kemudian dilebur untuk melapisi bagian luar kubah tersebut. Jadi, Masjid Kubah Emas atau Qubah ash Shakhra inilah yang melingkupi batu tersebut hingga kini. (Sumber: Wikipedia)
Sejak masa Umar itulah, wilayah Haram al Syarif ini menjadi wilayah kekuasaan kaum muslimin. Adanya bangunan berkubah emas yang berada di tempat tinggi dan berkilauan memberikan kebanggaan tersendiri bagi kaum muslimin. Hal ini pun makin menambah rasa kepemilikan dan penghormatan atas wilayah suci yang pernah menjadi kiblat pertama kaum muslimin ini. Tidak mengherankan jika kemudian Masjid Kubah Emas ini menjadi simbol dari wilayah suci Al Quds dan bahkan Palestina secara umum.
Mereka yang pernah mengunjungi atau melihat bagian dalam Masjid Kubah Emas ini tentu akan melihat keunikan sang batu. Keunikan inilah yang, menurut saya, kemudian memunculkan cerita dan legenda tentang batu yang ingin terbang mengikuti Nabi ke langit.
Gamabr gua di bawah batu yang berada di dalam Masjid Kubah Emas (Qubah Sakhra) di Yerusalem, Palestina.
Gambar-gambar di atas adalah foto-foto dari bagian dalam Masjid Kubah Emas. Yang kiri memperlihatkan sebuah gapura yang menjadi pintu masuk sebuah ceruk atau gua yang berada di bawah batu. Bagian atas batu dapat terlihat di belakan gapura tersebut. Di bawahnya terlihat ada orang yang sedang sholat.
Gambar kanan menunjukkan suasana di dalam gua. Terlihat ada tangga yang menghubungkan bagian luar (gambar kiri) dan bagian dalam gua. Ada ruangan yang cukup lapang untuk belasan orang di sana. Dari foto terlihat bahwa atap gua cukup tinggi dan mulut gua lebar. Kita dapat bayangkan bila orang duduk di bawah sana dan melihat ke atas, ke arah mulut gua, maka batu yang menjadi atap gua tersebut seolah melayangdi udara.
Inilah yang menurut saya menjadi sumber cerita batu terbang tersebut.

Perkataan Ibnul 'Arabi tentang 'Batu Terbang'


Ini adalah tambahan informasi tentang sebuah kisah yang saya ambil dari  :    http://saniaimout.blogspot.com/
Dalam kitab al-Israk wal-Mikraj oleh Khalid Saiyyid Ali di halaman 82, atas tajuk yang bermaksud 'Tempat Nabi bermikraj', disebut di bawahnya suatu penulisan (yang bermaksud): "Berkatalah al-Imam Abu Bakar Ibnul ‘Arabi, ketika membuat penjelasan (syarah) Kitab al-Muwattak oleh Imam Malik disebutkan, batu besar di Baitulmaqdis adalah suatu keajaiban Allah SWT. "Batu itu berdiri sendiri di tengah-tengah Masjidil Aqsa, tergantung-gantung dan terpisah daripada semua bahagiannya dengan bumi. Tidak ada yang memegangnya, melainkan Yang Memegang langit, daripada jatuh menimpa bumi." "Di puncaknya dari arah selatan, itulah tempat kaki Nabi Sallallahu ‘Alaihi Wasallam berpijak untuk menaiki Buraq, di sebelah itu agak condong. Dikatakan kerana kegerunannya atas kehebatan baginda Sallallahu ‘Alaihi Wasallam maka batu itu tergantung, saya sendiri takut untuk berada di bawahnya, kerana takut batu itu menghempap saya kerana dosa-dosa saya." "Setelah beberapa ketika kemudian, saya pun memberanikan diri dan masuk berteduh di bawahnya, maka saya dapat melihat pelbagai keajaiban. Saya dapat menyaksikan ia dari semua arah. Saya benar-benar melihatnya terpisah dari bumi. Ada arah yang lebih jauh terpisah dari bumi daripada arah yang lain."
Ditambahkan oleh sang penulis blog, bahwa ia pernah mengunjungi Kubah Batu tersebut dan mendapati bahwa sekarang tidak terlihat bahwa batu tersebut melayang. Persis seperti gambar-gambar gua di atas.

Masjid Kubah Emas dan Masjid Al Aqsha


Foto udara wilayah Al Quds atau Haram al Syarif, Yerusalem, Palestina. Terlihat posisi Kubah Emas (Qubah ash Shakhra) yang berdekatan dengan Masjid Al Aqsha.Gambar di samping adalah foto udara wilayah Haram Al Syarif yang dibatasi oleh tembok tinggi dengan latar belakang wilayah Kota Tua Yerusalem. Masjid Kubah Emas terlihat mencolok di tengah wilayah tersebut. Ada satu lagi bangunan berkubah yang berada pada sisi kanan bawah. Itulah bangunan Masjid Al Aqsha.
Sebagai sebuah masjid, Khalifah Umarlah yang pertama kali membangunnya dalam bentuk bangunan kecil. Khalifah Al Malik yang juga membangun Kubah Emas kemudian memugar dan memperluasnya. Setelah beberapa kali pembanguan kembali dan pemugaran karena hancur oleh gempa, bangunan yang sekarang ada merupakan peninggalan Masjid dari masa kekhalifahan Fatimiyah sekitar awal abad ke 10.
Hari ini, wilayah Kota Tua Yerusalem telah berada di bawah kekuasaan Israel. Namun, wilayah Haram Al Syarif dengan Kubah Emas dan Masjid Al Aqsha-nya tetap berada dalam pengelolaan Kementrian Waqaf Yordania. Secara umum, hanya orang islam saja yang diperkenankan memasuki wilayah ini. Pada tahun 2007, sempat terjadi protes besar-besaran di dunia islam karena pemerintah Israel melakukan penggalian di bagian luar tembok yang berbatasan langsung dengan Masjidil Aqsha.

Senin, Juni 11, 2012

Hikmah Isra’ Wal Mi’raj Nabi Muhammad.SAW


1. Maha Suci Allah, yang Telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang Telah kami berkahi sekelilingnya,agar kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya dia adalah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui

Momentum Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad Saw dari Masjidil Haram di Mekah ke Masjidil Aqsa di Palestina kemudian naik ke Sidratul Muntaha adalah peristiwa yang sangat fenomenal dalam sejarah umat Islam. Mengapa demikian? Karena dari peristiwa inilah Nabi Muhammad SAW memperoleh perintah ibadah wajib, yakni sholat lima waktu yang langsung dari Allah SWT.

Perintah sholat ini kemudian menjadi ibadah wajib bagi setiap umat Islam dan memiliki keistimewaan tersendiri dibandingkan ibadah-ibadah wajib lainnya. Sehingga, dalam konteks spiritual-imaniah maupun perspektif rasional-ilmiah, Isra’ Mi’raj merupakan kajian yang tak kunjung kering inspirasi dan hikmahnya bagi kehidupan umat beragama (Islam).

Dalam pengertiannya, Isra’ Mi’raj merupakan perjalanan suci, dan bukan sekadar perjalanan “wisata” biasa bagi Rasul. Sehingga peristiwa ini menjadi perjalanan bersejarah yang akan menjadi titik balik dari kebangkitan dakwah Rasulullah SAW. John Renerd dalam buku ”In the Footsteps of Muhammad: Understanding the Islamic Experience,” seperti pernah dikutip Azyumardi Azra, mengatakan bahwa Isra Mi’raj adalah satu dari tiga perjalanan terpenting dalam sejarah hidup Rasulullah SAW, selain perjalanan hijrah dan Haji Wada. Isra Mi’raj, menurutnya, benar-benar merupakan perjalanan heroik dalam menempuh kesempurnaan dunia spiritual.

Jika perjalanan hijrah dari Mekah ke Madinah pada 662 M menjadi permulaan dari sejarah kaum Muslimin, atau perjalanan Haji Wada yang menandai penguasaan kaum Muslimin atas kota suci Mekah, maka Isra Mi’raj menjadi puncak perjalanan seorang hamba (al-abd) menuju sang pencipta (al-Khalik). Isra Mi’raj adalah perjalanan menuju kesempurnaan ruhani (insan kamil). Sehingga, perjalanan ini menurut para sufi, adalah perjalanan meninggalkan bumi yang rendah menuju langit yang tinggi.

Inilah perjalanan yang amat didambakan setiap pengamal tasawuf. Sedangkan menurut Dr Jalaluddin Rakhmat, salah satu momen penting dari peristiwa Isra Mi’raj yakni ketika Rasulullah SAW “berjumpa” dengan Allah SWT. Ketika itu, dengan penuh hormat Rasul berkata, “Attahiyatul mubaarakaatush shalawatuth thayyibatulillah”; “Segala penghormatan, kemuliaan, dan keagungan hanyalah milik Allah saja”. Allah SWT pun berfirman, “Assalamu’alaika ayyuhan nabiyu warahmatullahi wabarakaatuh”.

Mendengar percakapan ini, para malaikat serentak mengumandangkan dua kalimah syahadat. Maka, dari ungkapan bersejarah inilah kemudian bacaan ini diabadikan sebagai bagian dari bacaan shalat.

Selain itu, Seyyed Hossein Nasr dalam buku ‘Muhammad Kekasih Allah’ (1993) mengungkapkan bahwa pengalaman ruhani yang dialami Rasulullah SAW saat Mi’raj mencerminkan hakikat spiritual dari shalat yang di jalankan umat islam sehari-hari. Dalam artian bahwa shalat adalah mi’raj-nya orang-orang beriman. Sehingga jika kita tarik benang merahnya, ada beberapa urutan dalam perjalanan Rasulullah SAW ini.

Pertama, adanya penderitaan dalam perjuangan yang disikapi dengan kesabaran yang dalam. Kedua, kesabaran yang berbuah balasan dari Allah berupa perjalanan Isra Mi’raj dan perintah shalat. Dan ketiga, shalat menjadi senjata bagi Rasulullah SAW dan kaum Muslimin untuk bangkit dan merebut kemenangan. Ketiga hal diatas telah terangkum dengan sangat indah dalam salah satu ayat Al-Quran, yang berbunyi “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk. (Yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.”

Ia menggambarkan rambu-rambu jalan menuju Allah, kejujuran dan ketulusan niat menempuh perjalanan spiritual, serta keharusan melepaskan diri dari segala sesuatu selain Allah. Maka, sampai pada satu kesimpulan, bahwa jika perjalanan hijrah menjadi permulaan dari sejarah kaum Muslimin, atau perjalanan Haji Wada yang menandai penguasaan kaum Muslimin atas kota suci Mekah, maka Isra Mi’raj menjadi “puncak” perjalanan seorang hamba menuju kesempurnaan ruhani.

Dengan Hikmah Isra’ Wal mi’raj ini,semoga menjadi motifasi bagi kita sekalian
Untuk menegakkan sholat dg khusuk dan ikhlas semata-mata Karena Allah.SWT.
Karena dg maksud itulah Allah menjalankan hambanya (Muhammad) pada malam hari hanya untuk memerintahkan Ibadah Sholat.
Dan betapa mulianya ibadah sholat,yg dalam hal ini Allah langsung yang menyampaikan
Kepada Nabi Muhammad.SAW.

Sabtu, Juni 09, 2012

PIDATO ISRA'WAL'MIK'RAJ



Assalamu’alaikum Wr. Wb.



Bapak-bapak, ibu-ibu dan kaum muslimat yang dimuliakan oleh Allah.


Pertama-tama marilah kita semua mengucapkan tahmid dan tasyakur kehadirat Allah SWT karena kita semua pada saat ini masih diperkenankan oleh Allah untuk hidup di muka bumi ini, sehingga pada saat ini kita dapat berkumpul di tempat di sini, dalam rangkamemperingati hari besar Islam, Isro’ Mi’raj Nabi Muhammad saw.


Selanjutnya sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad saw karena dari beliaulah kita semua dapat mengetahui ajaran-ajaran Islam , sehingga kita dapat membedakan mana sesuatu yang haq dan mana sesuatu yang bathil.

Hadirin sekalian yang berbahagia.

Kita semua pada saat ini telah berada di bulan Rajab, dimana pada bulan Rojab ini ada satu peristiwa yang tidak boleh dilupakan oleh setiap umat manusia, utamanya adalah umat Islam itu sendiri, karena pada bulan Rajab itu terjadilah peristiwa besar yang pernah dijalankan oleh Rasulullah pada abad-abad yang silam yairu Isro’ Mi’raj, atas kehendak Allah SWT.

Menurut arti bahasa Isro’ itu berarti perjalanan di malam hari. Akan tetapi secara syari’iyah isro’ adalah perjalanan malam hari yang dilakukan oleh Rasulullah saw dari Masjidil Haram (di Mekkah) menuju ke Baitul Maqdis (di palestina) yang penuh mengandung rahasia dan keajaiban. Hal ini telah dijelaskan oleh Allah dalam Al-Qur'an Al-Isro’ ayat 1 :










Artinya : “Maha suci Tuhan yang telah memperjalankan hamba-Nya (yakni Nabi Muhammad) pada malam hari, dari masjidil Haram sampai masjidil Aqso, yang kami berkati di sekitarnya, supaya Kami perlihatkan tanda-tanda kebesaran Kami kepadanya. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar dan Maha Melihat”.

Sedangkan Mi’raj menurut arti bahasa yaitu jenjang naik. Akan tetapi yang dimaksud ialah naiknya Rasulullah saw dari Masjidil Aqso di Baitul Maqdis, dengan menempuh angkasa luar, sehingga akhirnya sampai ke suatu tempat yang paling tinggi bernama Sidratul Muntaha, suatu tempat yang tidak mungkin di capai oleh manusia dengan kemajuan teknologi yang bagaimana pun canggihnya kecuali oleh Nabi Muhammad saw. Disitulah Rasulullah saw menerima langsung dari Allah SWT tentang solah lima waktu, yang harus dikerjakan olehnya dan seluruh umatnya.

Hadirin sekalian yang berbahagia.

Tujuan pokok dari di Isro’ Mi’raj kan Nabi Muhammad saw ini adalah dalam rangka member kekuatan batin bagi Nabi Muhammad saw terhadap musibah atau cobaan serta siksaan yang datangnya dari para musuh-musuh Islam sejak sepeninggal Abu Thalib, Abdul Muthalib dan istri tersayangnya Siti Khodijah, dalam memperjuangkan cita-cita luhur, mengajak seluruh umat manusia untuk beriman kepada Allah SWT di dalam naungan Islam.

Hadirin sekalian yang berbahagia.

Dengan memperhatikan peristiwa-peristiwa di atas maka di dalam kita memperingati Is’ra Mi’raj ini, maka yang terpenting bagi kita untuk mengambil hikmahnya yaitu, kita mempertebal dan memperkuat keimanan serta ketaqwaan kepada Allah dan kepada Nabi Muhammad saw. Disamping itu kita harus menjalankan perintah Allah yaitu solat lima waktu. HAdirin sekalian yang berbahagia.

Demikian pidato dari saya dalam rangka memperingati hari besar Islam Isra’ Mi’raj yang terjadi pada tanggal 27 Rajab ini.

Terimakasih atas segala perhatiannya dan mohon maaf atas segala kekuarangan dan kekhilafannya.

Akhirul kalam wabillahit taufiq walhidayat wassalamu ‘alaikum warohmatullohi wabarokaatuhu.

Valentine's Day Pumping Heart